Oleh :
R. RORO THERESIA SORTA
B1J008065
KEMENTERIAN PENDIDIKAN
NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2011
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berbagai
penyakit, seperti kanker kulit, diabetes melitus, kegagalan ginjal, penyakit
kardiovaskuler, katarak dan penuaan dini telah diketahui erat kaitannya dengan
radikal bebas. Senyawa radikal bebas dan reactive oxygen species dalam
tubuh terbentuk dari proses metabolisme normal tubuh, atau dapat terbentuk dari
luar tubuh. Senyawa radikal bebas tersebut timbul akibat berbagai proses kimia
kompleks dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses oksidasi atau
pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernapas, metabolisme sel, olahraga
yang berlebihan, xanthine oxidase, mitokondria, fagositosis, reaksi oleh
besi atau logam transisi lain, pembentukan arakidonat, peroksisom, serta
inflamasi. Sumber dari luar tubuh terbentuk dari beberapa logam (misalnya besi,
tembaga), asap rokok, polusi udara, bahan beracun, makanan dalam kemasan, bahan
aditif, radiasi, obat-obatan, pestisida, anestetik, limbah industri, ozon,
serta sinar ultraviolet (Langseth, 1995).
Pada
proses metabolisme normal, tubuh memproduksi partikel kecil dengan tenaga besar
disebut sebagai radikal bebas. Atom atau molekul dengan elektron bebas ini
dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga dan beberapa fungsi fisiologis
seperti kemampuan untuk membunuh virus dan bakteri. Namun oleh karena mempunyai
tenaga yang sangat tinggi, zat ini juga dapat merusak jaringan normal apabila
jumlahnya terlalu banyak. Radikal bebas dapat mengganggu produksi DNA, lapisan
lipid pada dinding sel, mempengaruhi pembuluh darah, dan produksi
prostaglandin.
Radikal
bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang
memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Merupakan juga suatu
kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih
elektron bebas. Radikal bebas bersifat reaktif, dan jika tidak diinaktifkan
akan dapat merusak makromolekul pembentuk sel, yaitu protein, karbohidrat,
lemak, dan asam nukleat, sehingga dapat menyebabkan penyakit degeneratif
(Langseth, 1995).
Penangkapan radikal DPPH merupakan salah satu metode uji
untuk menentukan aktivitas antioksidan. Kemampuan suatu senyawa atau sampel uji
untuk menangkap DPPH merupakan suatu indikasi bahwa senyawa atau sampel uji mempunyai
aktivitas sebagai antioksidan.
Penggunaan DPPH untuk metode penangkapan radikal mempunyai keuntungan, yaitu
metode yang sederhana, mudah, penggunaan sampel dalam jumlah sedikit dengan
waktu yang singkat, mempunyai tingkat sensitifitas yang tinggi sensitif untuk
pengujian aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman, dan
dapat menganalisis sejumlah besar sampel dalam jangka waktu yang singkat.
Antioksidan
adalah senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan, menahan
pembentukan ataupun memadukan efek spesies oksigen reaktif (Lautan,1997).
Penggunaan senyawa antioksidan juga anti radikal saat ini semakin meluas
seiring dengan semakin besarnya pemahaman masyarakat tentang peranannya dalam
menghambat penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, arteriosclerosis,
kanker, serta gejala penuaan. Masalah-masalah ini berkaitan dengan kemampuan
antioksidan untuk bekerja sebagai inhibitor (penghambat) reaksi oksidasi oleh
radikal bebas reaktif yang menjadi salah satu pencetus penyakit-penyakit di
atas.
Fungsi
utama antioksidan digunakan sebagai upaya untuk memperkecil terjadinya proses
oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam
makanan, memperpanjang masa pemakaian dalam industri makanan, meningkatkan
stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan serta mencegah hilangnya
kualitas sensori dan nutrisi. Lipid peroksidasi merupakan salah satu faktor
yang cukup berperan dalam kerusakan selama dalam penyimpanan dan pengolahan
makanan. Antioksidan tidak hanya digunakan dalam industri farmasi, tetapi juga
digunakan secara luas dalam industri makanan, industri petroleum, industri
karet dan sebagainya (Hernani dan Raharjo, 2005).
Tubuh
memerlukan antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas dengan meredam dampak negatif senyawa ini. Vitamin C dan vitamin
E telah digunakan secara luas sebagai antioksidan karena lebih aman dan efek
samping yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan antioksidan sintetik.
Antioksidan sintetik seperti BHA (butil hidroksi anisol) dan BHT (butil
hidroksitoluen) memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi
dibandingkan vitamin C dan vitamin E, tetapi antioksidan sintetis ini dapat
menimbulkan karsinogenesis. Antioksidan dari tumbuhan dapat menghalangi
kerusakan oksidatif melalui reduksi dengan radikal bebas, membentuk kelat
dengan senyawa logam katalitik, dan menangkap oksigen. Oleh karena itu
diperlukan eksplorasi antioksidan alami untuk mendapatkan antioksidan dengan
tingkat keamanan dan aktivitas yang tinggi (Indrayana, 2008).
Kerusakan
oksidatif atau kerusakan akibat radikal bebas dalam tubuh pada
dasarnya dapat
diatasi oleh antioksidan endogen seperti enzim catalase, glutathione
peroxidase, superoxide dismutase, dan glutathione S-transferase. Namun
jika senyawa radikal bebas terdapat berlebihan dalam tubuh atau melebihi batas
kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dibutuhkan antioksidan tambahan
dari luar atau antioksidan eksogen untuk menetralkan radikal yang terbentuk.
Antioksidan memiliki kemampuan mendonorkan
elektron dan dapat berfungsi sebagai agen pereduksi sehingga dapat mengkhelat
ion metal dan mengurangi potensi radikal dalam tubuh. Studi epidemiologi
menunjukkan bahwa beberapa tanaman terbukti bermanfaat melindungi tubuh manusia
terhadap bahaya radikal bebas. Hal ini dikarenakan potensi antioksidan yang
terdapat dalam tanaman tersebut, seperti karoten, flavonoid dan komponen
fenolik lain juga vitamin C dan E (Pratimasari,
2009).
Ketapang (Terminalia catappa) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang bagian dari
masing-masing tumbuhannya dapat digunakan sebagai pengobatan tradisional maupun
modern. Ketapang (Terminalia catappa)
merupakan tumbuhan dari famili combreataceae dilaporkan bahwa di dalam
daun dan batang memiliki
senyawa antioksidan dan senyawa flavonoid yang sangat baik untuk mencegah
radikal bebas.
Ketapang
merupakan tumbuhan multiguna. Pepagan dan daunnya, kadang-kadang juga akar dan
buah mudanya dipakai secara lokal untuk penyamakan kulit dan memberi warna
hitam, dipakai unttuk mencelup kapas dan rotan dan sebagai tinta. Kayunya
berkualitas baik dan digunakan untuk konstruksi rumah dan kapal. Kayunya rentan
terhadap rayap. Bijinya enak dimakan, dan mengandung minyak yang tidak berbau,
mirip minyak almond. Minyaknya dipakai sebagai pengganti minyak almond yang
sebenarnya to meredakan radang rongga perut, dan, dimasak dengan daun, dalam
menyembuhkan lepra, kudis dan penyakit kulit yang lain. Daging buahnya dapat
dimakan, tetapi berserat dan tidak enak walaupun harum. Pohonnya ditanam di
jalan raya dan kebun sebagai naungan karena perawakannya yang cocok, seperti
pagoda. Daunnya digunakan untuk rematik pada sendi. Tanin dari pepagan dan
daunnya digunakan sebagai astringen pada disentri dan sariawan. Juga sebagai
diuretik dan kardiotonik dan dipakai sebagai obat luar pada erupsi kulit. Di
Filipina rebusan daunnya dipakai sebagai vermifuge. Penggunaan ketapang sebagai
bahan pewarna celup dan penyamak sangat terbatas. Kandungan taninnya rendah,
dan pewarna sintetis banyak tersedia dan lebih mudah dipakai. Tetapi
keserbagunaan dari kegunaannya menyebabkan mahalnya penanaman di kemudian hari,
terutama dimana kadar garam tanah membatasi pilihan lain. Prioritas penelitian
adalah pemilihan tipe-tipe dengan buah besar, mempunyai daging yang enak dan
bij besar yang enak, dan metode untuk perbanyakan vegetatifnya (Suksmawan ,
2004).
Senyawa
fenolik telah diketahui memiliki berbagai efek biologis seperti
aktivitas
antioksidan melalui mekanisme sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas,
pengkhelat logam, serta pendonor elektron. Flavonoid merupakan salah satu dari
kelompok senyawa fenolik yang dapat ditemukan di buah dan sayur. Beberapa tahun
belakangan ini, flavonoid telah diteliti memiliki potensi yang besar untuk
melawan penyakit yang disebabkan oleh penangkap radikal (Pratimasari, 2009). Oleh karena itu,
penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit batang Terminalia catappa terhadap aktivitas
antioksidan (penangkap radikal bebas).
B.
Tujuan
Tujuan dari Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah untuk mengetahui adanya aktivitas
antioksidan dalam ekstrak kulit batang ketapang (Terminalia catappa) menggunakan metode 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil
(DPPH) dan Kekuatan mereduksi ( Fe3+ Fe2+ ) serta mengetahui
adanya senyawa fenolat sebagai sumber aktivitas antioksidan yang dilakukan
dengan metode Folin-Ciocalteu.
II. MATERI DAN METODE
2.1 Materi
Kerja Praktek
2.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah
neraca analitik And Gr-300, spektrofotometer UV-Vis Shimadzu UV mini 1240,
ultrasonic cleaner WT-600-40, baki, sentrifugasi,
gelas piala, botol vial, tutup vial, Erlenmeyer
250-500 ml, pipet eppendorf, pipet ukur, tissue, alat tulis, label,
spatel, filler, parafilm, mikropipet 10-50 µg, mikropipet 200-1000 V, labu ukur
5 ml dan 10 ml.
2.1.2 Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil
(DPPH), ekstrak catechin p.a (Sigma), Reagen Folin-Ciocalteu,
di-Natriumhydrogenphosphat-2-hydrat (Na2HPO4.2H20),
vitamin E, Kaliumdihydrogenphosphat (KH2PO4) p.a (Merck),
asam galat, vitamin C p.a (PhytoTecnology
Laboratorium), etanol 96% p.a (Teknis), dan ekstrak sampel dari kulit
batang Terminalia catappa.
2.2
Waktu
dan Tempat Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 24
Januari 2011 sampai 11 Februari 2011 di Pusat Penelitian Biologi - LIPI Cibinong,
Bogor.
2.3
Metode Kerja
Praktek
2.3.1 Sampel Uji
Sampel uji hasil dari ekstrak kulit batang Terminalia catappa yang berasal dari Pulau Bintan, Kepulauan Riau dengan pelarut
etanol 96 %, proses ekstrak menggunakan
metode maserasi.
2.3.2 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
2.3.2.1 Pembuatan Larutan Ekstrak
dengan Konsentrasi 1000 µg/mL Sebagai Larutan Induk
1.
Ekstrak sampel Terminalia catappa ditimbang 5 mg menggunakan neraca analitik And
Gr-300 max 310 gr min 10 mg.
2.
Setelah ditimbang ditambah sedikit
etanol 96% untuk melarutkan ekstrak tersebut dengan dihomogenkan menggunakan
ultrasonic cleaner WT-600-40.
3.
Selanjutnya ditambahkan 5 ml etanol
kedalam labu ukur 5 ml.
4.
Larutan dipindahkan dalam botol vial dan
diberi label 1000 µg/ml.
2.3.2.2 Pembuatan Pengenceran dengan Konsentrasi 10,
15, 20, 25, 30, 35, 40, 50, dan 100 µg/mL
1.
Larutan dari hasil pengenceran
konsentrasi 1000 µg/ml diambil sebanyak 1 ml dan ditambahkan 10 ml etanol ke
dalam labu ukur. Dipindahkan ke botol vial dan diberi label dengan konsentrasi
100 µg/ml.
2.
Pengenceran konsentrasi 10 µg/ml,
larutan dari hasil pengenceran konsentrasi 100 µg/ml diambil 0,5 ml dan
ditambahkan 5 ml etanol ke dalam labu
ukur.
3.
Pengenceran konsentrasi 15 µg/ml,
larutan dari hasil pengenceran konsentrasi 100 µg/ml diambil 0,75 ml dan
ditambahkan 5 ml etanol ke dalam labu
ukur.
4.
Pengenceran konsentrasi 20 µg/ml,
larutan dari hasil pengenceran konsentrasi 100 µg/ml diambil 1 ml dan
ditambahkan 5 ml etanol ke dalam labu
ukur.
5.
Pengenceran konsentrasi 25 µg/ml,
larutan dari hasil pengenceran konsentrasi 100 µg/ml diambil 1,25 ml dan
ditambahkan 5 ml etanol ke dalam labu
ukur.
6.
Pengenceran konsentrasi 30 µg/ml,
larutan dari hasil pengenceran konsentrasi 100 µg/ml diambil 1,5 ml dan
ditambahkan 5 ml etanol ke dalam labu
ukur.
7.
Pengenceran konsentrasi 35 µg/ml,
larutan dari hasil pengenceran konsentrasi 100 µg/ml diambil 1,75 ml dan
ditambahkan 5 ml etanol ke dalam labu
ukur.
8.
Pengenceran konsentrasi 40 µg/ml,
larutan dari hasil pengenceran konsentrasi 100 µg/ml diambil 2 ml dan
ditambahkan 5 ml etanol ke dalam labu
ukur.
9.
Pengenceran konsentrasi 50 µg/ml,
larutan dari hasil pengenceran konsentrasi 100 µg/ml diambil 2,5 ml dan
ditambahkan 5 ml etanol ke dalam labu
ukur.
10. Masing-masing
konsentrasi dipindahkan kedalam botol vial dan diberi label dengan konsentrasi
10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, dan 50 µg/ml.
2.3.2.3 Pembuatan Senyawa DPPH
Senyawa DPPH ditimbang sebanyak 9,8 mg
dalam botol vial. Kemudian dihomogenkan dengan sedikit etanol 96% dengan
menggunakan ultrasonic cleaner WT-600-40. Setelah larut, dipindahkan ke labu
ukur volume 50 ml dan ditambahkan etanol 96%
ke dalam labu ukur dan dipindahkan ke gelas piala.
2.3.2.4 Pengaruh Absorbansi Larutan Uji
Pengaruh
absorbansi larutan uji, ekstrak Terminalia
catappa pada konsentrasi 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, dan 50 µg/ml sebanyak
1 ml ditambahkan 1 ml larutan DPPH, kemudian diencerkan dengan 3 ml etanol 96%,
dikocok dan didiamkan selama 30 menit. Selanjutnya diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 516 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis Shimadzu UV mini
1240. Sebagai kontrol negatif (tanpa sampel) digunakan catechin. Uji aktivitas
antioksidan ini dilakukan dalam 3 kali ulangan (triplo).
2.3.2.5
Pengolahan Data
Aktivitas
antioksidan sampel uji diukur menggunakan rumus menurut (Okawa, 2001) :
%
Inhibisi = Absorbansi Kontrol – Absorbansi Sampel x 100%
Absorbansi
Kontrol
Keterangan :
·
Abs
kontrol : Serapan radikal DPPH pada panjang gelombang 516 nm.
·
Abs
Sampel : Serapan sampel dalam radikal DPPH pada panjang gelombang 516 nm.
·
Nilai
IC50 : Masing-masing konsentrasi sampel dihitung nilai IC50 dengan
menggunakan rumus persamaan regresi linier.
2.3.3
Uji Aktivitas
Antioksidan dengan Reducing Power (Kekuatan Mereduksi)
2.3.3.1 Pembuatan Larutan Buffer Na2HPO4
. 2H2O
1.
Na2HPO4
. 2H2O ditimbang sebanyak 8,9 gram, kemudian
dilarutkan dengan sedikit akuades dan dihomogenkan menggunakan ultrasonic.
2.
Larutan
tersebut dimasukan dalam labu ukur ukuran 250 ml dan ditambahkan akuades
sebanyak 250 ml.
2.3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer KH2PO4
1.
KH2PO4
ditimbang sebanyak 6,8 gram dan dilarutkan dengan sedikit akuades dan
dihomogenkan.
2.
Larutan
tersebut dimasukan dalam labu ukur ukuran 250 ml dan ditambahkan akuades
sebanyak 250 ml.
2.3.3.3 Pembuatan Larutan K3Fe
(CN)6
1.
K3Fe
(CN)6 ditimbang sebanyak 0,5
gram. Kemudian dilarutkan dalam akuades dan dihomogenkan.
2.
Larutan
tersebut dimasukan dalam labu ukur ukuran 50 ml.
3.
Setelah
larutan tercampur, larutan K3Fe (CN)6 dipindahkan sebanyak 0,5 gram, kemudian
ditambahkan lagi akuades sebanyak 50 ml.
2.3.3.4 Pengaruh Absorbansi Larutan Uji
1. Sebanyak 1 ml sampel dari ekstrak Terminalia catappa dengan variasi konsentrasi (12,5; 25; 50; dan
100 µg/ml) ditambahkan 0,2 M buffer fosfat 2,5 ml, pH = 6,6. Kemudian
ditambahkan 2,5 ml larutan K3Fe (CN)6 (1%) diinkubasi dengan suhu 500
C selama 20 menit dan ditambahkan lagi 2,5 ml larutan CCL3COOH (10%)
disentrifugasi selama 10 menit. Sebanyak 2,5 ml diambil larutan pada lapisan
atas dan ditambahkan 2,5 ml H2O.
2.
Selanjutnya
ditambahkan 0,5 ml larutan FeCL3 (0,1%) dan didiamkan selama 10
menit.
3. Selanjutnya
diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis Shimadzu UV mini 1240
pada panjang gelombang 700 nm yang akan memberikan perubahan warna dari kuning
menjadi biru. Sebagai kontrol positif (pembanding) digunakan vitamin C dan E.
Uji aktivitas antioksidan ini dilakukan dalam 3 kali ulangan (triplo).
2.3.4 Penentuan Senyawa Fenolat Dengan Metode
Folin-Ciocalteu
1.
Sebanyak
0,3 gram ekstrak dari tanaman Terminalia
catappa ditimbang, kemudian dilarutkan sampai 10 ml dengan etanol : air (1
: 1).
2.
Larutan
ekstrak dari tanaman Terminalia catappa dipipetkan
sebanyak 0,2 ml dan ditambahkan 15,8 ml akuabidest, kemudian ditambahkan lagi 1
ml reagen Folin-Ciocalteu, lalu di kocok.
3.
Didiamkan selama 8 menit, setelah itu
ditambahkan 3 ml Na2CO3 20 % ke dalam campuran, larutan
didiamkan selama 2 jam pada suhu kamar.
4.
Serapan diukur dengan spektrofotometer
UV-VIS pada panjang gelombang serapan maksimum 760 nm yang akan memberikan
kompleks biru.
5.
Pengulangan dilakukan sampai tiga kali,
sehingga kadar fenol yang diperoleh hasilnya didapat sebagai mg ekuivalen asam
galat/gram sampel segar.
III. RENCANA KERJA HARIAN
Judul : Pengaruh Ekstrak Kulit Batang Ketapang (Terminalia Catappa) Terhadap Aktivitas
Antioksidan
Lokasi :
Pusat Penelitian Biologi - LIPI Cibinong, Bogor
Waktu : 24 Januari
2011 - 11 Februari 2011
Pembimbing :
Dr. Ir. Hery Winarsi, M.S.
No |
Hari / Tanggal
|
Kegiatan
|
1
|
24
Januari 2011
|
Pengenalan alat-alat
dan lingkungan laboratorium
|
2
|
25
Januari 2011
|
Pembekalan materi dan
preparasi sampel
|
3
|
26
Januari 2011
|
Uji antioksidan
dengan metode DPPH
|
4
|
27
Januari 2011
|
Uji antioksidan
dengan metode DPPH
|
5
|
28
Januari 2011
|
Uji antioksidan
dengan metode DPPH
|
6
|
31
Januari 2011
|
Menentukan IC50 Terminalia catappa
|
7
|
1 Februari 2011
|
Uji antioksidan
dengan metode DPPH
|
8
|
2 Februari 2011
|
Uji antioksidan
dengan metode DPPH
|
9
|
3 Februari 2011
|
Uji antioksidan
dengan metode DPPH
|
10
|
4 Februari 2011
|
Menentukan senyawa
fenolat dengan metode Folin-Ciocalteu
|
11
|
7 Februari 2011
|
Menentukan senyawa
fenolat dengan metode Folin-Ciocalteu
|
12
|
8 Februari 2011
|
Menentukan uji
antioksidan dengan metode kekuatan reduksi (Fe3+ Fe2+)
|
13
|
9 Februari 2011
|
Pembuatan grafik
aktivitas antioksidan (Anti Radikal DPPH) dengan konsentrasi sampel
|
14
|
10 Februari 2011
|
Pembuatan kurva
standar asam galat
|
15
|
11 Februari 2011
|
Pembuatan grafik
aktivitas antioksidan (kekuatan reduksi) dengan konsentrasi sampel
|
DAFTAR
PUSTAKA
Hernani dan
Raharjo, M. 2005. Tanaman Berkhasiat
Antioksidan. Penebar Swadya, Jakarta.
Indrayana,
R. 2008. “Efek antioksidan ekstrak etanol 70% daun salam (Syzygium polyanthum) pada serum darah tikus putih
jantan galur wistar yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4)”. SKRIPSI. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Langseth,
L. 1995. Oxidants, Antioxidants and Disease Prevention. ILSI Europe, Belgium.
Lautan, J. 1997.
Radikal bebas pada eritrosit dan leukosit, Cermin Dunia Kedokteran, 116 : 49-52.
Pratimasari, D. 2009. “Uji aktivitas penangkap
radikal buah Carica papaya L. dengan metode dpph dan penetapan kadar
fenolik serta flavonoid totalnya”. SKRIPSI.
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suksmawan , R. 2004. Uji Potensi Antimikroba Ekstrak Daun Ketapang
(Terminalia catappa L.). Dept. Farmasi, ITB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar