Minggu, 27 Mei 2012
JENUH
seperti dipenjara
ingin keluar tapi terikat
ingin teriak suara terpendam
ingin menangis air mata tak kunjung tiba
hanya bisa diam dalam kejenuhan
walau tersenyum tapi batin tertekan
tak tahan,,,,
ingin lari jauh dari kepenatan
kapan hal itu tiba ???
pasrah,,,
tetap bertahan sampai akhir
walau jenuh,,,
Selasa, 22 Mei 2012
PENERAPAN SISTEM KOLAM PENAMPUNGAN MENGGUNAKAN TUMBUHAN HIPERAKUMULATOR Cyperus papyrus dan Nymphaea sp. UNTUK PROSES FITOREMEDIASI TERHADAP LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL
BIDANG KEGIATAN :
PKM-GT
Disusun oleh:
R. RORO THERESIA
SORTA EKA
B1J008065
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
karya tulis yang berjudul “Penerapan sistem kolam penampungan menggunakan
tumbuhan hiperakumulator Cyperus papyrus dan
Nymphaea sp. untuk proses
fitoremediasi terhadap limbah cair industri tekstil”. Karya tulis ini dibuat
dalam rangka melengkapi tugas terstruktur Mata Kuliah Toksikologi Lingkungan
pada semester genap tahun 2012.
Penyusunan karya
tulis ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Drs. Slamet Santoso, SP. M.S selaku Dosen pengampu Mata
Kuliah Toksikologi Lingkungan Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman
yang telah memberikan materi dan ilmu tentang toksikologi lingkungan.
2. Sri Lestari, S.Si., M,Si. Selaku dosen Mata Kuliah
Toksikologi Lingkungan yang telah menerangkan dan menjelaskan tentang
toksikologi lingkungan pada saat kuliah.
3. Semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ini.
Penulis
menyadari PKM-GT ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan
saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan
PKM-GT ini di masa yang akan datang. Semoga PKM-GT ini bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................ …. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ….
ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
RINGKASAN ............................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................................... 3
C.
Tujuan.................................................................................................... 4
D.
Manfaat.................................................................................................
4
II. GAGASAN............................................................................................... 5
A. Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan .................................................... 5
B. Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan.................................. 6
C. Tingkat Keberhasilan Gagasan untuk Memperbaiki
Kondisi Kekinian.
7
D. Pihak-Pihak yang dapat membantu Mengimplementasikan
Gagasan .. 8
E. Langkah-Langkah Strategis yang Dilakukan untuk
Mengimplementasikan
Gagasan................................................................. 9
III. KESIMPULAN........................................................................................ 11
A. Gagasan yang Diajukan.........................................................................
11
B. Teknik Implementasi yang Dilakukan...................................................
11
C.
Prediksi Hasil yang akan Diperoleh.......................................................
12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 13
LAMPIRAN...................................................................................................
15
RINGKASAN
Limbah
cair warna merupakan masalah utama dalam lingkungan industri tekstil yang
memberikan pengaruh yang paling luas, karena karakteristik fisik maupun
karakteristik kimia perairan dapat memberikan dampak negatif terhadap perairan.
Logam berat dan warna yang terkandung dalam air limbah menunjukkan tingkat
pencemaran area tertentu. Untuk mengatasi permasalahan lingkungan tersebut
diperlukan treatment khusus dalam menangani pencemaran limbah industri tekstil
sebelum dibuang ke lingkungan perairan. Salah satu metode alternatifnya adalah
dengan menggunakan dua jenis tumbuhan hiperakumulator yaitu Cyperus papyrus dan Nymphaea sp. untuk proses fitoremediasi terhadap pencemaran limbah
cair industri tekstil. Tumbuhan digunakan sebagai mediator pengelolaan limbah
cair tekstil karena sifatnya yang alami dan aman bagi lingkungan. Selain itu,
pengolahan limbah tekstil juga menggunakan sistem kolam penampungan buatan
untuk menampung hasil buangan akhir dari limbah cair tekstil dan diolah oleh
tumbuhan hiperakumulator sebelum dialirkan kelingkungan perairan. Pengembangan
sistem kolam penampungan dengan menggunakan tumbuhan hiperakumulator sebagai
agen pengelolaan limbah tekstil masih kurang, sehingga para pengusaha industri
tekstil diharapkan dapat menerapkan sistem tersebut untuk pengolahan limbah
cair tekstil dalam meminimalisasi pencemaran lingkungan di perairan.
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan pesatnya perkembangan
industri tekstil pada saat ini, maka limbah yang dihasilkan semakin banyak dan
semakin kompleks, diantaranya logam berat dan limbah cair warna akibat proses
pewarnaan tekstil. Logam berat dan warna yang terkandung dalam air limbah
menunjukkan tingkat pencemaran area tertentu. Pembuangan limbah cair warna
industri tekstil ke lingkungan perairan dapat mengakibatkan timbulnya masalah
pencemaran lingkungan (Alerts, 1984).
Limbah cair warna merupakan masalah
utama dalam lingkungan industri tekstil yang memberikan pengaruh yang paling
luas, karena karakteristik fisik maupun karakteristik kimia perairan dapat
memberikan dampak negatif terhadap perairan. Limbah cair produksi tekstil
banyak bersumber dari proses pencelupan dan menyebabkan pencemaran lingkungan
jika dibuang ke lingkungan perairan secara langsung tanpa pengolahan terlebih
dahulu, sementara lingkungan mempunyai kemampuan terbatas untuk mendegradasi
zat warna tersebut. Lingkungan perairan menjadi berwarna dan mengubah kualitas
air sehingga tidak sesuai untuk konsumsi makhluk hidup.
gam berat merupakan
unsur logam dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah logam berat dapat
beracun bagi tumbuhan, hewan, dan manusia. (Notohadiprawiro, 2006). Menurut
Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat toksisitas
logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu bersifat toksik
tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. Bersifat
toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co, sedangkan bersifat tosik
rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe. Logam berat termasuk dalam golongan B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 32
tahun 2009, yang dimaksud dengan B3 adalah zat, energi, atau komponen lain
karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup, dan membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lain.
Adanya
logam berat di perairan akibat limbah buangan industri tekstil akan berbahaya baik secara langsung terhadap
kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan
manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat (KPPL DKI Jakarta dan
PPLH-IPB, 1997), antara lain sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi
dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai
(dihilangkan); dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan
akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut; mudah
terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari
konsentrasi logam dalam air. Selain itu sedimen mudah tersuspensi karena
pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke
dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalam skala waktu
tertentu. Limbah tekstil tersebut merupakan salah satu sumber pencemaran air
yang cukup tinggi jika tidak dilakukan pengolahan terhadap limbah. Salah satu
pengolahan limbah adalah dengan menggunakan tumbuhan yang toleran terhadap
polutan yang dikenal sebagai fitoremediasi.
Fitoremediasi adalah pencucian polutan
dengan mediator tumbuhan berfotosintesis. Pencucian dapat berarti penghancuran,
inaktivasi atau imobilisasi polutan ke bentuk yang tidak berbahaya bahkan
menjadi bahan yang dapat digunakan kembali (Squires, 2001 dalam Hidayat dan Saefudin, 2003). Konsep pengelolaan air limbah
dengan menggunakan media tanaman belum banyak dikenal masyarakat, padahal
proses fitoremediasi ini dapat memecahkan permasalahan lingkungan saat ini. Fitoremediasi
cukup efektif dan murah untuk menangani pencemaran terhadap lingkungan oleh
logam berat dan B3. Konsep fitoremediasi sangat ekologis, ekonomis dan efektif
dalam pengelolaan lingkungan (Irawanto, 2010). Fitoremediasi dengan menggunakan
tumbuhan sebagai mediator penyerap logam ada dalam jumlah yang bervariasi.
Tumbuhan yang dapat mengakumulasi unsur logam tertentu dengan konsentrasi
tinggi dikenal dengan tumbuhan hiperakumulator.
Tumbuhan
hiperakumulator adalah tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk
mengkonsentrasikan logam di dalam biomassanya dalam kadar yang luar biasa
tinggi. Tumbuhan hiperakumulator harus mampu mentranslokasikan unsur-unsur
tertentu dengan konsentrasi sangat tinggi ke pucuk dan tanpa membuat tumbuhan
tersebut tumbuh dengan tidak normal (tidak kerdil dan tidak mengalami
fitotoksisitas). Tumbuhan yang memiliki kemampuan sangat tinggi dalam
mengangkut berbagai pencemaran yang ada ataupun tanaman yang memiliki kemampuan
mengangkut pencemaran yang bersifat tunggal. Tumbuhan hiperakumulator mampu
menyerap lebih dari 10.000 ppm pada unsur Mn, Zn, Ni, lebih dari 1.000 ppm unsur
Cu dan Se, dan lebih dari 100 ppm unsur Cd, Pb, Cr, dan Co (Ditjen tata
perkotaan dan tata pedesaan, 2003).
Untuk
mengatasi permasalahan lingkungan diperlukan treatment khusus dalam
menangani pencemaran limbah industri tekstil sebelum dibuang ke lingkungan
perairan. Salah satu metode alternatif dalam pengolahan air limbah tersebut
adalah dengan menggunakan dua jenis tumbuhan hiperakumulator yaitu Cyperus papyrus dan Nymphaea sp. sebagai tumbuhan fitoremediasi terhadap pencemaran
limbah cair industri tekstil. Tumbuhan digunakan sebagai mediator pengelolaan
limbah cair tekstil karena sifatnya yang alami dan aman bagi lingkungan. Selain
itu, pengolahan limbah tekstil juga menggunakan sistem kolam penampungan buatan
untuk menampung hasil buangan akhir dari limbah cair tekstil. Selama ini,
pengembangan sistem kolam penampungan dengan menggunakan tumbuhan
hiperakumulator sebagai agen pengelolaan limbah tekstil masih kurang, sehingga
melalui karya tulis ini diharapkan masing-masing pengusaha industri tekstil
dapat menerapkan sistem tersebut untuk pengolahan limbah cair tekstil.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di
atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Apakah tumbuhan hiperakumulator Cyperus papyrus dan Nymphaea sp. melalui proses fitoremediasi dapat mengurangi tingkat
pencemaran di lingkungan perairan akibat limbah industri tekstil ?
2. Bagaimana teknik
penerapannya supaya sistem kolam penampungan menggunakan tumbuhan
hiperakumulator Cyperus papyrus dan Nymphaea sp. dapat diterapkan oleh
pengusaha industri tekstil ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah supaya
para pengusaha industri tekstil mampu menerapkan sistem kolam penampungan menggunakan
tumbuhan hiperakumulator Cyperus papyrus dan
Nymphaea sp. untuk proses
fitoremediasi dalam pengelolaan limbah cair tekstil yang ramah lingkungan.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh
antara lain memberikan pengetahuan bagi pengusaha industri tekstil untuk
menggunakan metode alternatif yang lebih ramah lingkungan dan bernilai ekonomis
dalam meminimalisasi pencemaran di lingkungan perairan yaitu dengan menerapkan
sistem kolam penampungan menggunakan tumbuhan hiperakumulator Cyperus papyrus dan
Nymphaea sp. untuk proses fitoremediasi terhadap limbah industri
tekstil.
II. GAGASAN
A. Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Limbah
cair merupakan limbah yang memiliki tingkat pencemaran cukup tinggi. Umumnya
limbah cair yang dihasilkan oleh industri tekstil yang berasal dari limbah
pencucian, pewarnaan, tumpahan dan pencelupan larutan kanji (Pratiwi, 2009).
Limbah yang cukup berbahaya pada limbah cair industri tekstil adalah limbah
yang berasal dari proses perwarnaan, diketahui bahwa bahan utama yang digunakan
adalah zat warna yang memiliki kandungan senyawa benzen dan 10-15% harus dibuang (Mathur et al., 2005).
Pembuangan limbah cair dalam jumlah besar jika tidak melalui pengolahan dan
penanganan yang baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan terutama pencemaran
air yang luar biasa yang berakibat pada menurunnya sumber daya air bersih bagi
masyarakat (Junaidi et al., 2006). Selain menyebabkan pencemaran
lingkungan limbah cair industri tekstil juga dapat berdampak pada kesehatan
masyarakat dan lebih parah lagi yaitu munculnya mutasi (Mathur et al., 2005).
Untuk
mengatasi masalah tersebut, berbagai macam cara pengolahan telah dilakukan
namun masih belum mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengurangan tingkat
pencemaran yang disebabkan oleh limbah cair industri tekstil. Menurut Christian
et al (2007) cara yang digunakan dalam pengolahan limbah cair industri tekstil
memakan banyak biaya dan menimbulkan berbagai produk samping yang tidak kalah
berbahaya bagi lingkungan. Oleh karena itu, untuk menurunkan tingkat pencemaran
dan menjamin terpeliharanya sumber daya air dari pembuangan limbah industri,
pemerintah dalam hal ini Menteri Negara KLH telah menetapkan baku mutu limbah
cair bagi kegiatan yang sudah beroperasi yang dituangkan dalam Keputusan
Menteri Negara KLH Nomor: Kep-03/KLH/ II/1991, perlu dicari alternatif lain
yang lebih praktis murah dan efisien serta tidak menimbulkan produk samping
yang berbahaya. Salah satu alternatifnya adalah
dengan menggunakan tumbuhan dalam pengelolaan pencemaran lingkungan.
Banyak hasil penelitian
yang membuktikan keberhasilan penggunaan tumbuhan untuk remediasi dan tidak sedikit
tumbuhan yang dibuktikan sebagai hiperakumulator adalah spesies yang berasal
dari daerah tropis. Spesies tersebut diantaranya Thlaspi calaminare untuk
seng (Zn), T. caerulescens untuk kadmium (Cd), Aeolanthus
biformifolius untuk tembaga (Cu), Phylanthus serpentinus untuk nikel
(Ni), Haumaniastrum robertii untuk kobalt (Co), Astragalus racemosus untuk
selesium (Se), dan Alyxia rubricaulis untuk mangan (Mn) (Li, et al.,
2000 dalam Juhaeti et al., 2005).). Selain itu Brachiaria
mutica untuk air raksa (Hg) (Kartawinata, 2002 dalam Juhaeti et al., 2005).
Indonesia
memiliki keragaman jenis tumbuhan endemik atau lokal yang tinggi. Banyaknya
jenis flora yang dimiliki Indonesia, diperkirakan tidak sedikit pula jenis
tumbuhan yang memiliki potensi sebagai hiperakumulator yang dapat digunakan
untuk meremediasi lingkungan yang tercemar. Potensi ini dapat dimanfaatkan
dalam mencari jenis-jenis tumbuhan yang pontesial untuk proses fitoremediasi.
Tumbuhan yang mampu tumbuh dengan baik berarti mempunyai toleransi yang baik
dalam mengakumulasi logam berat di perairan. Tumbuhan diharapkan mampu menyerap
polutan dalam jumlah tinggi dalam waktu singkat. Semakin meluasnya kasus
kontaminasi tanah dan perairan oleh logam berat serta adanya perkembangan ilmu
fitoremediasi yang pesat, maka teknik rehabilitasi alternatif yang relatif
murah dan efektif ini perlu dikembangkan (Juhaeti et al., 2005).
B. Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan
Menurut
Awaludin et al (2001), bahan yang
terkandung dalam zat warna tekstil dapat di degradasi dengan metode fisika dan
kimia, ultrasonifikasi merupakan contoh degradasi secara fisika, sedangkan
contoh degradasi zat warna secara kimia adalah dengan menggunakan ferosulfat. Selain
itu, pengolahan secara kimiawi adalah dengan elektrokoagulasi menggunakan seng
bekas sebagai elektroda yang bertujuan untuk memisahkan zat warna dari limbah,
dan dengan metode filtrasi. Metode lain yang pernah dilakukan yaitu pengolahan
dengan koagulan dan penyaringan. Pemberian koagulan berpengaruh terhadap
penurunan parameter warna, total
suspended solid, kekeruhan, fenol. Kadar koagulan yang makin tinggi akan
membuat konsentrasi fenol semakin menurun tetapi akan meningkatkan konsentrasi total suspended solid dan kekeruhan.
Metode-metode tersebut lebih efektif, namun memerlukan biaya tinggi, dapat
menghasilkan senyawa berbahaya, masalah operasional, dan membutuhkan
perlengkapan khusus (Sumarno dan Sumantri, 1999; Sugiarto dan Anto, 2003 dalam Suyasa, 2004).
C. Tingkat Keberhasilan Gagasan untuk Memperbaiki Kondisi Kekinian
Metode
pengolahan limbah yang dapat dilakukan dari gagasan ini adalah dengan membuat
kolam penampungan dengan menggunakan tumbuhan hiperakumulator Cyperus papyrus dan
Nymphaea sp. untuk proses fitoremediasi terhadap limbah
industri tekstil. Alasan dipilihnya tanaman Cyperus papyrus bahwa dalam penelitian
terdahulu (Supradata, 2005), jenis dari tanaman ini efektif dalam memperbaiki
kualitas air limbah dan juga penggunaannya saat ini terbatas dalam hal sebagai
tanaman penghias diperumahan ataupun ditaman, yang sebenarnya apabila diperdayakan
lebih lanjut maka tanaman ini akan berfungsi sebagai pengelola limbah alami
yang akan memperbaiki kualitas air, terutama kondisi perairan yang tercemar
logam berat. Tumbuhan hiperakumulator Cyperus
papyrus digunakan karena tumbuhan tersebut pertumbuhannya cepat, mampu
mengkonsumsi air dalam jumlah yang banyak pada waktu yang singkat, mampu
meremediasi lebih dari satu polutan, dan memiliki toleransi yang tinggi
terhadap polutan (Youngman, 1999).
Lemke (1999) menyatakan
bahwa pada tanaman Cyperus papyrus merupakan
tanaman hias yang dapat tumbuh cepat dilingkungan basah (berair), dengan
variasi ketinggian tanaman antara 0,5 – 1,5 meter. Berkembang biak setiap bulan
secara vegetatif melalui sistem perakaran maupun secara generatif melalui biji
yang terletak diujung batang pada pangkal daun. Cyperus papyrus paling
praktis diperbanyak dengan cara memisahkan rumpun-rumpunnya, namun juga dapat
diperbanyak dengan cara pemotongan daun (Lukito dan Marianto, 2004). Tanaman
tersebut telah banyak dibudidayakan di Indonesia dengan nama daerah atau lokal
adalah "Bintang Air", sehingga dengan mudah dapat dijumpai di
pekarangan penduduk maupun di toko pertanian atau toko bunga.
Tumbuhan selanjutnya yaitu Nymphaea sp. (teratai).
Tumbuhan teratai memiliki ciri khas dengan daun yang mengambang di permukaan
air yang tenang. Teratai telah diuji sebagai pereduksi nutrien pada kolam-kolam
pengolahan yang menerima air limbah pencucian laboratorium analisis kimia
(Sunanisari, 2009
dalam Allay,
2012). Penelitian yang
lainnya menyatakan bahwa teratai mampu mengakumulasi logam berat Hg dari air
limbah tambang emas rakyat di kecamatan Dimembe (Palapa, 2009 dalam Allay, 2012).
Adanya kolam penampungan, limbah cair tekstil
dapat ditampung di kolam untuk dilakukan pengelolaan terlebih dahulu
menggunakan tumbuhan hiperakumulator yang
dimasukan ke dalam kolam untuk proses fitoremediasi, sebelum limbah tekstil di
alirkan baik ke lingkungan sekitar industri (sebagai resapan air tanah) maupun
langsung ke badan perairan. Pembuatan kolam penampungan serta penggunaan tumbuhan
hiperakumulator dimaksudkan supaya pengelolaan limbah tekstil lebih lanjut
(masa yang akan datang) dapat dilakukan dengan metode alternatif terbaru.
Keunggulan dalam
menggunakan metode tersebut dalam menanggulangi masalah pencemaran di perairan
antara lain biaya operasional relatif murah, tanaman bisa dengan mudah
dikontrol pertumbuhannya, cara remediasi yang paling aman bagi lingkungan
karena menggunakan tumbuhan, tahan lama dan tidak memerlukan teknologi yang
rumit dan peralatan mesin atau bahan kimia, menggunakan sumber daya alam yang
ada, dapat diisi dengan keanekaragaman tanaman lokal setempat, dapat di buat
dengan berbagai ukuran (industri skala besar maupun skala kecil), menyediakan
ekosistem untuk tanaman, mencegah resiko tertular penyakit melalui kontak
langsung dengan air limbah, tidak menimbulkan bau tak sedap, tertata sebagai
taman dengan lanskap yang indah dipandang, konservasi air sehingga air buangan yang
dihasilkan dari industri tekstil dengan metode tersebut dapat disalurkan ke
perairan tanpa mencemari lingkungan (Irawanto, 2010).
D. Pihak-Pihak
yang Dapat Membantu Mengimplementasikan Gagasan dan Uraian Peran atau
Kontribusi Masing-Masing
Pihak-pihak terkait
yang dapat membantu mengimplementasikan gagasan dan uraian peran atau
kontribusi masing-masing antara lain seperti Pemerintahan Daerah setempat,
Kementerian Lingkungan Hidup, Masyarakat dan Mahasiswa. Peran serta pemerintah
dalam menggalakan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan sangat dibutuhkan. Perlunya mengadakan penyuluhan dan pelatihan,
khususnya pada masyarakat perindustrian yang sebagian besar menjadi pelaku
utama penghasil limbah terbanyak yang jika tidak ditangani dengan baik dapat
mencemari lingkungan.
E.
Langkah-langkah Strategis yang Dilakukan untuk Mengimplementasikan Gagasan
sehingga Tujuan Dapat Tercapai
Teknik implementasi
yang akan dilakukan untuk melaksanakan gagasan karya tulis ini antara lain pemerintahan daerah,
lembaga lingkungan, masyarakat maupun mahasiswa yang memiliki pengetahuan lebih
mengenai metode alternatif ramah lingkungan memberikan penyuluhan dan pelatihan
kepada pengusaha perindustrian tekstil supaya proses pengimplementasian
berjalan dengan baik, yaitu pada pembuangan akhir limbah tekstil perlu dibuat penampungan sementara,
berupa kolam berbentuk persegi panjang dengan ukuran kolam yang disesuaikan
dengan banyaknya limbah industri yang dihasilkan. Semakin banyak limbah yang
dihasilkan, semakin besar pula ukuran kolam yang dibutuhkan. Kolam penampungan dibagi
menjadi dua bagian, yaitu bagian tempat masuknya limbah ke dalam kolam (inlet) dan bagian keluarnya air limbah (outlet). Kolam tersebut juga ditanami
tumbuhan hiperakumulator bintang air (Cyperus
papyrus) tumbuhnya
mencuat keluar permukaan air dan teratai (Nymphaea
sp.) yang tumbuhnya
mengapung di permukaan air. Air akan tersaring secara alami oleh tumbuhan Cyperus papyrus dan Nymphaea sp.
sehingga air menjadi lebih jernih. Adanya kombinasi dari
kedua jenis tumbuhan ini yaitu supaya proses fitoremediasi dapat lebih mudah
dan cepat mengelola limbah tersebut.
Adapun mekanisme
biologis dari hiperakumulasi unsur logam meliputi interaksi akar tanaman dengan
media tumbuhnya baik tanah maupun air (tumbuhan memiliki kemampuan melarutkan dan
menyerap unsur logam dan warna); proses penyerapan logam oleh akar pada
hiperakumulator lebih cepat (adanya konsentrasi logam yang tinggi pada akar)
(Lasat, 1996 dalam Hidayati dan
Saefudin, 2003); sistem translokasi unsur dari akar ke tajuk pada
hiperakumulator lebih efisien (adanya rasio konsentrasi logam yang tinggi pada
tajuk atau akar) (Gabrielli, 1991 dalam Hidayati
dan Saefudin, 2003).
Setelah mekanisme
tumbuhan hiperakumulator terhadap limbah cair tekstil terjadi, selanjutnya air
limbah hasil buangan industri yang telah jernih di alirkan keluar melalui pipa
paralon yang terhubung ke lingkungan perairan. Pengontrolan dilakukan secara
berkala supaya metode yang telah diterapkan dapat berfungsi sesuai yang
diharapkan. Evaluasi dan revisi juga perlu dilakukan bertujuan untuk memperbaiki
kekurangan dari metode ini dapat diperbaiki menjadi lebih baik lagi.
III. KESIMPULAN
A. Gagasan yang Diajukan
Metode
pengolahan limbah yang dapat dilakukan dari gagasan ini adalah dengan membuat
kolam penampungan dengan menggunakan tumbuhan hiperakumulator Cyperus papyrus dan
Nymphaea sp. untuk proses fitoremediasi terhadap limbah
industri tekstil. Adanya kolam penampungan, limbah cair tekstil dapat ditampung
di kolam untuk dilakukan pengelolaan terlebih dahulu menggunakan tumbuhan
hiperakumulator yang dimasukan ke
dalam kolam untuk proses fitoremediasi, sebelum limbah tekstil di alirkan baik
ke lingkungan sekitar industri (sebagai resapan air tanah) maupun langsung ke
badan perairan. Pembuatan kolam penampungan serta penggunaan tumbuhan hiperakumulator
dimaksudkan supaya pengelolaan limbah tekstil lebih lanjut (masa yang akan
datang) dapat dilakukan dengan metode alternatif terbaru.
B.
Teknik
Implementasi yang akan Dilakukan
Teknik implementasi
yang akan dilakukan untuk melaksanakan gagasan karya tulis ini antara lain pemerintahan daerah,
lembaga lingkungan, masyarakat maupun mahasiswa yang memiliki pengetahuan lebih
mengenai metode alternatif ramah lingkungan memberikan penyuluhan dan pelatihan
kepada pengusaha perindustrian tekstil supaya proses pengimplementasian
berjalan dengan baik, yaitu pada pembuangan akhir limbah tekstil perlu dibuat penampungan sementara,
berupa kolam berbentuk persegi panjang dengan ukuran kolam yang disesuaikan
dengan banyaknya limbah industri yang dihasilkan. Semakin banyak limbah yang
dihasilkan, semakin besar pula ukuran kolam yang dibutuhkan. Kolam penampungan
dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian tempat masuknya limbah ke dalam kolam (inlet) dan bagian keluarnya air limbah (outlet). Kolam tersebut juga ditanami
tumbuhan hiperakumulator bintang air (Cyperus
papyrus) tumbuhnya
mencuat keluar permukaan air dan teratai (Nymphaea
sp.) yang tumbuhnya
mengapung di permukaan air. Air akan tersaring secara alami oleh tumbuhan Cyperus papyrus dan Nymphaea sp.
sehingga air menjadi lebih jernih. Selanjutnya, air limbah
hasil buangan industri yang telah jernih di alirkan keluar melalui pipa paralon
yang terhubung ke lingkungan perairan. Pengontrolan dilakukan secara berkala
supaya metode yang telah diterapkan dapat berfungsi sesuai yang diharapkan.
Evaluasi dan revisi juga perlu dilakukan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan
dari metode ini dapat diperbaiki menjadi lebih baik lagi.
C. Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh
Penggunaan tumbuhan hiperakumulator Cyperus papyrus dan Nymphaea sp. dapat menanggulangi
masalah pencemaran lingkungan perairan akibat pencemaran limbah cair industri
tekstil yang mengandung logam berat dapat terakumulasi di dalam tumbuhan
tersebut, sehingga masyarakat yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang
bersumber dari perairan tersebut terhindar dari berbagai penyakit. Selain itu,
dapat meningkatkan nilai estetika perairan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Allay M., Heidy D, dan Mutiara S. 2012. Studi Tumbuhan
Air di Kolam Green House. Universitas Negeri
Jakarta. Diakses 7 Mei 2012.
Alerts,
G, dan Santika, S. 1984. Metode
Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.
Awaludin, R.,
Darah S, Ibrahim C.D, Uyub A.M. 2001. Decolorization of comercially available
synthetic dyes by the White Rot Fungus Phanerochaete
chrysosporium. Jounal Fungi and Bactery, 62:55-63.
Christian, H.,
Suwito, E., Ferdian, T. A., Setiadi, T., Suhardi, S. H. 2007. Kemampuan
Pengolahan Limbah Tekstil oleh Berbagai Jenis Fungsi dalam Suatu Bioreaktor.
Seminar Nasional. Instititut Teknologi Sepuluh Nopember : B5-1 – B5-6.
Ditjen Tata
Perkotaan dan Tata Pedesaan, 2003. Fitoremediasi. Departeme Permukiman dan
Prasarana Wilayah, Jakarta.
Hidayati dan
Saefudin, 2003. Potensi Hipertoleransi dan Serapan Logam Beberapa Jenis
Tumbuhan terhadap Limbah Pengolahan Emas. Bidang Botani, Pusat Penelitian
Biologi-LIPI, Bogor.
Irawanto T.
2010. Fitoremediasi lingkungan dalam Taman Bali. UPT Balai Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Purwodadi, LIPI. Fitoremediasi
Lingkungan dalam Taman Bali. 2(4) : 29-35.
Juhaeti T., F.
Syarif, dan N. Hidayati. 2005. Inventarisasi Tumbuhan Potensial untuk
Fitoremediasi Lahan dan Air Terdegradasi Penambangan Emas. Biodiversitas. 6(1): 31-33.
Junaidi.,
Patria, B., Hatmanto, D. 2006. Analisis Teknologi Pengolahan Limbah Cair pada
Industri Tekstil (Studi Kasus PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta).
Jurnal PRESIPITASI. 1(1) : 1-6.
Lemke,
C. 1999. Plant of the Week ; Cyperus
alternifolius Umbrella Plant. Download internet :
www.ou.edu.com.
Lukito A.
Marianto, 2004. Merawat dan Menata Tanaman Air. Penerbit Agro Media Pustaka, Jakarta.
Mathur, N.,
Bhatnagar, P. Bakre, P. 2005. Assessing Mutagenicity of Textile Dyes From Pali
(Rajasthan) Using Ames Bioassay. Applied
ecology and environmental research. 4(1) : 111-118.
Notohadiprawiro,
T. 2006. Tanah dan Lingkungan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Pratiwi, Y.
2010. Penentuan Tingkat Pencemaran Limbah Industri Tekstil Berdasarkan
Nutrition Value Bioindikator. Jurnal Teknologi. 3(2) : 129-137.
Supradata, 2005. Pengolahan Limbah
Domestik Menggunakan Tanaman Hias Cyperus
alternifolius L. dalam Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (SSF-Wetland). Tesis (dipublikasikan).
Magister Ilmu Lingkungan.
Suyasa, B. 2004. Isolasi Bakteri Pendegradasi Minyak atau Lemak dari
Beberapa Sedimen Perairan Tercemar dan Bak Penampungan Limbah. Skripsi (tidak
dipublikasikan). Universitas Udayana, Bali.
Youngman, L. 1999. Physiological respon
of Switchgrass (Panicum Virgatum L.)
to Organic And Inorganic Amened Heavy-Metal Contaminated Chat Tailings. Phytoremediation of
Soil and Water Contaminants, American Chemical society Symposium.
Washington, D.C.
LAMPIRAN
Gambar 1. Kolam Penampungan dengan Penanaman Tumbuhan Hiperakumulator Cyperus
papyrus dan Nymphaea sp.
Gambar 2. Aliran inlet dan outlet Kolam Penampungan
Langganan:
Postingan (Atom)